Teungku Abdullah Syafie atau
Teungku Lah adalah Panglima GAM yang sangat karismatik, disegani kawan dan
ditakuti lawan.
Di kalangan pasukannya Teungku Lah dikenal sangat tegas namun sopan. Ia juga santun dan bersahaja.
Teungku Lah adalah pemimpin sayap militer GAM. Dia pernah
menjabat sebagai Panglima GAM Wilayah Pidie, dan terakhir sebagai Panglima
Gerakan Aceh Merdeka seluruh Sumatera. Konon, lebih 20 tahun Teungku Lah
memimpin gerilyawan GAM di kawasan Bireuen.
Kekuatan senjata hanya untuk mempertahankan diri. Hal ini
pula yang membuat Teungku Lah sangat dihormati oleh tentara musuh.
Teungku Lah lahir di Desa Matanggeulumpang Dua, Bireuen.
Ia hanya sempat bersekolah hingga kelas tiga di Madrasah Aliyah Negeri
Peusangan.
Keluar dari sekolah tersebut, Teungku Lah memilih belajar
agama di sejumlah Pesantren di Aceh. Teungku Lah mulai terlibat GAM pada awal
1980 (ada juga kabar yang menyebutkan, Teungku Lah bergabung dengan GAM sehari
setelah Hasan Tiro memproklamirkan GAM di Gunong Halimon).
Sebenarnya, masa muda Teungku Lah termasuk unik. Ia banyak
terlihat dalam dunia teater bersama group Jeumpa.
Sangat jauh dari kesan militer. Tetapi, belakangan, hal
ini sangat membantu Teungku Lah dalam hal penyamaran.
Teungku Abdullah Syafie meninggal dunia pada 22 Januari
2002 di Jiem-Jiem, Bandar Baru, Pidie dalam sebuah penyergapan oleh TNI. Sang
istri dan lima pasukannya ikut syahid dalam penyerangan tersebut.
Sebelum meninggal, Teungku pernah membuat wasiat, “Jika
pada suatu hari nanti Anda mendengar berita bahwa saya telah syahid, janganlah
saudara merasa sedih dan patah semangat.
Sebab saya selalu bermunajat kepada Allah SWT agar
mensyahidkan saya apabila kemerdekaan Aceh telah sangat dekat. Saya tak ingin
memperoleh kedudukan apapun apabila negeri ini (Aceh) merdeka
Dari Beberapa Sumber
0 Response to "Abdullah Syafie : Meminta Syahid Apabila Kemerdekaan Aceh Sudah Sangat Dekat"
Post a Comment