Teungku Hasan Muhammad di Tiro yang lahir pada tanggal 25
September 1925 sampai tutup usia pada tanggal 3 Juni 2010 Ia adalah seorang
pejuang asal Aceh sekaligus pahlawan bagi rakyat rakyatnya.
Komitmennya untuk Aceh berdiri sendiri dalam bingkai
Syariat Islam lewat kemerdekaan penuh yang tidak pernah padam, sebagaimana para
pejuang Aceh lainnya dulu ketika menghadapi kolonialis Belanda. Komitmennya
untuk Aceh tidak perlu dipertanyakan lagi.
“melawan penjajah nenek moyang kita tidak
pernah kalah, apa lagi Indonesia,” kata Hasan Muhammad di Tiro
Jawa adalah bukti bahwa di Indonesia ada ketimpangan dan
ketidak adilan, bahwasanya ada jurang pemisah antara Jawa-non Jawa. Kita
mencatat, Hasan Tiro adalah sosok sentral yang mempertinggi posisi tawar Aceh
di mata Jakarta, sehingga di taman raya Indonesia, Aceh mendapat status otonomi
khusus yang luar biasa.
Beliau dapat ditempatkan sejajar dengan pemikir sekaliber
Muhammad Hatta, Syahrir, Soekarno atau Marx dan Lenin sekalipun. Semangat
patriotismenya bisa ditempatkan sebanding dengan Fidel Castro, Nelson Mandela
atau George Washington.
HASAN Tiro kembali ke Aceh setelah sekian lama menetap di
Swedia. Hari bersejarah itu adalah 11 Oktober 2008.
Di hadapan ratusan ribu
masyarakat Aceh yang berkumpul di halaman Masjid Raya Baiturrahman, Hasan Tiro
menyampaikan pidato pertamanya di Aceh. Pidato ini dibacakan oleh Malik Mahmud Al-Haytar. Berikut kutipan lengkapnya:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Kehadapan hadirin dan hadirat yang saya cintai.
Marilah kita bersama panjatkan puji dan syukur kehadhirat
Allah Subhanahu Wata'ala yang telah memberikan rahmat dan kurnia-Nya kepada
kita sekalian dalam bentuk kebebasan dan kedamaian yang menyeluruh di persada
tanah Aceh sejak dari tanggal 15 Agustus tahun 2005 selepas mengalami konflik
bersenjata selama 30 tahun yang bermula pada tahun 1976.
Pada hari ini saya sangat berbahagia begitu juga para
hadirin-hadirat sekalian. Allah telah melimpahkan nikmat kepada kita, sehingga
pada hari yang paling bersejarah ini, Insya Alllah saya dalam keadaan sehat
walafiat, dapat kembali menginjakkan kaki di bumi Aceh dan saya dapat bertemu
muka langsung dengan saudara-saudara, di mana selama ini, telah memberi
kesetiaan kepada saya di dalam perjuangan menuntut hak, keadilan dan martabat
bagi Aceh.
Kebebasan dan perdamaian yang menyeluruh di Aceh sekarang
ini adalah merupakan nikmat yang telah diberikan Allah kepada Aceh. Belum
pernah terjadi dalam sejarah Aceh selama berada dalam penjajahan dan pendudukan
bangsa asing, rakyat mendapatkan kebebasan dan perdamaian yang menyeluruh
seperti saat sekarang ini.
Kesemuanya ini adalah merupakan hasil jerih payah
perjuangan gigih yang telah diberikan oleh rakyat Aceh dengan jatuh korban
puluhan ribu jiwa banyaknya, sementara gempa dan tsunami telah memakan korban
sekitar ratusan ribu jiwa banyaknya. Saudara-saudara kita yang telah syahid
telah meninggalkan ribuan anak yatim piyatu, saudara-saudara kita yang hilang
harta dan cedera tubuh badannya juga tidak terhitung jumlahnya. Ini adalah
menjadi tanggung-jawab kita semua untuk memberi bantuan kepada mareka yang akan
kita penuhi melalui proses demokrasi dan berencana sebagaimana yang telah kita
sepakati di dalam MoU Helsinki.
Kami ingatkan: konflik 30 tahun yang disusuli oleh gempa dan
tsunami, mengakibatkan Aceh kehilangan segala-galanya, kita tidak sanggup
kehilangan masa depan kita. Justru raihlah masa depan kita melalui proses yang
telah ditentukan di dalam MoU Helsinki ini dengan cukup teliti dan berdisiplin
tinggi.
Di dalam perang kita telah sangat banyak pengorbanan,
akan tetapi, dalam kedamaian kita harus bersedia berkorban lebih banyak lagi.
Memang, biaya perang sangat mahal akan tetapi biaya memelihara perdamain jauh
lebih mahal. Peliharalah kedamaian ini untuk kesejahtraan kita semua.
Perundingan perdamaian yang panjang seru dan alot antara
pihak GAM dan pihak Pemerintah Republik Indonesia di Helsinki, Finlandia. Telah
menghasilkan kesepakatan yang dinamakan Memorandum of Understanding ataupun
yang lebih dikenal dengan MoU Helsinki. Yang ditandatangani oleh pihak GAM dan
RI pada tanggal 15 Agustus 2005 adalah merupakan dasar pijakan hukum bagi
terciptanya kebebasan dan perdamaian yang menyeluruh, berkelanjutan dan
bermartabat bagi semua pihak.
Adapun sebagian dari hal-hal penting yang terdapat di
dalam kesepakatan bersama MoU Helsinki adalah:
Pertama: Mantan pejuang Aceh tidak ada lagi dipanggil
dengan sebutan "sparatis", karena telah mengikat diri dengan
kesepakatan yang telah di tanda-tangani oleh pihak seperti termaktup di dalam
MoU Helsinki. Kini rakyat Aceh sudah mulai merasakan hidup aman dan tenang
serta tidak lagi merasa takut terhadap berbagai tindakan kekerasan seperti yang
terjadi di masa konflik yang baru berakhir sekitar tiga tahun yang lalu.
Kedua: Aceh telah lama dilupakan dunia, akan tetapi
dengan gempa dan tsunami serta adanya MoU Helsinki, Aceh telah menjadi
perhatian dunia internasional untuk dapat dibantu secara langsung terhadap
kepentingan rakyat Aceh dari segala kehancuran dan ketinggalan di semua bidang.
Ketiga: Aceh akan mendapatkan kebebasan dalam bentuk
hak-hak sipil, politik dan mengenai hak-hak ekonomi, sosial dan budaya
sebagaimana tercantum di dalam Konvenan Internasional Perserikatan
Bangsa-bangsa, di mana proses tersebut, dijalankan melalui proses demokrasi,
adil dan bermartabat. Sebagai imbalan, Pemerintah Pusat mempunyai hak-hak
tersendiri yang telah diatur di dalam MoU Helsinki tersebut.
Dalam kesempatan yang berbahagia ini, saya ingin
mengucapkan terimakasih kepada pihak Pimpinan Urusan Luar Negeri dan Keamanan
Uni Eropa, Javier Solana di atas dukungan penuhnya terhadap kami dan juga
kepada mantan Ketua Tim Misi Monitoring Aceh, Pieter Cornelis Feith beserta
Staf dari negara-negara anggota Uni Eropa, ASEAN, Norwegia dan Swiss yang telah
berhasil memantau dan menjalankan isi MoU Helsinki sehingga di Aceh terpelihara
dan terjaga perdamaian yang menyeluruh ini.
Juga saya tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada
mantan Presiden Martti Ahtisaari dari Finlandia, mantan Sekretaris Jendral PBB
Kofi Annan, pemerintah Amerika Serikat, Jepang, Swiss, Swedia, Norwegia dan
lain lain yang telah berusaha keras membantu mencari jalan terbaik, guna
menyelesaikan konflik Aceh secara damai.
Dalam kesempatan ini, teristimewa, saya ingin mengucapkan
terimakasih kepada pihak Pemerintah Republik Indonesia yang tetap komitmen
dengan isi-isi MoU Helsinki dan untuk ini, saya menghargai kebijaksanaan dan
tekad baik yang "decisive" yang telah diambil oleh Bapak Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Bapak Yusuf Kalla yang sejak dari
awal lagi tahun 2000, telah merintis jalan penyelesaian konflik yang
berkepanjangan di Aceh, harus melalui perundingan bukan dengan cara kekerasan
senjata.
Kepada rakyat Aceh, saya menyerukan untuk tetap
memelihara dan menjaga perdamaian yang menyeluruh dan jangan berusaha untuk
menghancurkan perdamaian ini. Kalau masih ada pihak-pihak yang menentang dan
tidak menyetujui MoU Helsinki ini, maka di sini, saya menyerukan untuk kembali
dan bersatu dengan rakyat Aceh yang sekarang sedang memelihara dan menikmati
kedamaian dan kebebasan yang menyeluruh di bumi Aceh.
Perjuangan rakyat Aceh sekarang ini, adalah perjuangan ke
arah sistem yang membawa aspirasi seluruh rakyat Aceh melalui perangkat politik
dalam usaha memelihara perdamaian, keamanan dan kebebasan dengan cara yang
adil, jujur, dan bermartabat bagi semuanya. Perlu diingat, bahwa perjuangan
dengan melalui jalur politik dan demokrasi inilah yang didukung dan disokong
sepenuhnya oleh dunia internasional serta saya yakin, juga didukung sepenuhnya
oleh semua lapisan rakyat Indonesia yang cinta perdamaain, kestabilan dan
kesejahteraan negara ini untuk masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, saya berpesan kepada seluruh rakyat
Aceh untuk tetap menjaga kesatuan Aceh dan jangan sekali-kali terpancing pada
usaha-usaha jahat dari beberapa kelompok supersif, dalam usaha mereka untuk
menyabotase perdamaian, mengadu domba kita sesama kita dan memecah belah Aceh,
yang kalau tidak kita tidak sedari, untuk membendunginya, akhirnya akan
menimbulkan konflik berdarah untuk kesekian kalinya yang akan
menghancur-leburkan dan merugikan kesemua pihak.
Tak lupa saya ucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah bersusah payah memfasilitasi kepulangan saya dan rombongan ke tanah air sebegitu baik.
Terima kasih yang tak terhingga kepada saudara-saudara yang saya kasihi sekalian, yang telah bersusah payah datang ke Banda Aceh dari seluruh Aceh untuk menyambut kepulangan saya ketanah pusaka ini secara meriah sekali, yang tentunya, tak dapat saya lupakan sepanjang hayat saya. Hanya Allah yang akan membalas segala kebaikan saudaraku sekalian. Amin, amin, amin ya Rabbal ’alamin.
Akhirnya mengingat kita masih berada di bulan syawal, bulan fitrah, saya ucapkan Selamat hari Raya Idul Fitri tahun 1429 H. Mohon ma'af lahir dan batin.
Sekian dan terima kasih.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Sumber; atjehpost
0 Response to "Hasan Tiro Pahlawan Bagi Rakyatnya"
Post a Comment