Acehpol.com - TRADISI Khanduri Apam ini berasal dari salah seorang sufi
yang sangat miskin di Tanah Suci Mekkah. Si miskin yang dimaksud bernama Abdullah
Rajab, dia adalah seorang zahid yang
rela memalingkan dirinya dari kesenangan dan kenikmatan duniawi, dia juga
dikenal oleh masyarakat setempat sangat taat dalam beribadah.
Berhubungan dia sangat miskin, ketika dia meninggal tak
ada satu biji kurma pun yang bisa disedekahkan orang sebagai kanduri atas
kematiannya karena memang kehidupannya yang sebatang kara tidak memiliki sanak
keluarga.
Keadaan yang menyedihkan hati ini, menimbulkan rasa
kasihan dari masayarakat setempat untuk mengadakan sedikit khanduri selamatan yang
diadakan di rumah masing-masing untuk disedekahkan kepada orang lain untuk
sedeka, itulah tradisi toet apam yang saat ini pun masih dilaksanakan
Masyarakat Aceh pada bulan Rajab.
Tidak hanya di bulan Rajab saja, kanduri apam juga sering
diadakan untuk kanduri bagi orang sudah meninggal, seperti pada kanduri hari ke
44 setelah salah satu kerabat maupun keluarga meninggal dunia, kanduri ini
biasanya disajikan kepada orang lain dan juga mengundang anak-anak yatim piatu untuk
menyantap hidangan tersebut.
Apam adalah salah satu kue tradisonal Masyarakat Aceh, kue yang satu ini terbuat
dari tepung beras, santan, gula pasir dan sedikit garam yang diaduk secara
bersamaan, Kue ini biasanya disajikan dengan kuah yang sangat khas, santan yang
dimasak dengan campuran pisang yang di iris-iris menurut selera dan dicampur
dengan sedikit buah nangka yang sudah masak.
Kue ini biasanya dimasak oleh kaum hawa atau ibuk-ibuk
maupun gadis dengan bergotong – royong bersama sanak keluarga maupun tetangg. Kue
yang satu ini khusus disajikan pada
waktu-waktu tertentu seperti pada Bulan Ra’jab atau yang disebut juga dengan
Buluen Apam dan juga biasanya untuk menyambut datangnya bulan seribu bulan atau
yang di sebut bulan Puasa Ramadhan.
Kue ini dimask dengan dengan cara yang sangat khas,
biasanya dipanggang diatas arang dengan menggunakan buelangong tanoh atau
tembikar yang didalamnya dimasukkan sedikit saja garam dan setelah itu digoso-gosok dengan ampas
kelapa, agar terasa sedikit asin apabila nanti kue tersebut dibakar.
Kue unik ini berbentuk bulat seperti piring dengan warna
atasnya putih susu dan bawahnya agak kecoklatan karena setengah hangus sewaktu
dibaka agar mengembang dengan
tengah-tengahya belobang .
Cerita bagi yang berda di luar Aceh: Ingat kue ini maka
akan teringat kampung halaman, Mungkin untuk sebagian Orang Aceh yang merantau
di negara orang maupun di dalam negri, apabila mendengan kue yang satu ini maka
teringan bulan Rakjab maka akan segera
ingin pulang ke kampung halaman, karena rasanya yang sangat khas membuat selalu ingat kepada oarang-orang dekat
seperti orang tua kita di kampung yang apabila sudah datangnya bulan rakjab
akan berkumpul bersam-sama dengan tetangga dan sanak saudara untuk memasak kue
yang satu ini atau yang di sebut toet apam.
Karna dibulan rakjab akan punya cerita tersendiri, bukan
hanya dengan puasa sunannya yang berlimpah fahala tapi dengan memberi sedikit
kanduri kepada orang lain juga cukup besar fahala yang didapatkan, bulan rakjab
memang terasa sangat spesial bagi semua Orang Aceh.
Laporan: Muhammad Reza
Sumber: mediaaceh.co